Halaman

Kamis, 08 Juli 2010

The (Un)Fortunate Few













Rumah yang terletak di daerah Percetakan Negara secara sekilas tampak seperti rumah biasa dengan pagar putih. Rumah itu terlihat sepi meski mainan anak-anak bertebaran di teras depan. “Beberapa anak belum selesai kemoterapi, mungkin sebentar lagi,” ujar salah satu penjaga rumah. Rumah ini dikenal sebagai “Rumah Kita”, sebuah rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker yang masih menjalani perawatan. “Rumah Kita” diasuh oleh Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang dibangun oleh para orangtua penderita kanker secara simpatisan.

Rumah ini jauh dari kesan suram ketika kita masuk ke dalamnya. Rak-rak buku tersusun rapih, meja belajar bundar, dan papan tulis kecil berada di sudut ruang belajar. Ruangan ini bahkan dihiasi oleh senyum dan tingkah polah lucu anak-anak seperti anak-anak sehat lainnya. Seketika, kita akan lupa bahwa mereka adalah penderita kanker.

Menghabiskan waktu lebih lama di rumah ini dan mengamati mereka, membuat saya semakin terkagum-kagum. Beberapa anak ini bahkan dengan riang gembira berjoget sambil mendengarkan musik dari televisi. Sebagian lainnya terlihat serius belajar matematika dengan seorang guru. “Pemandangan yang luar biasa!”

Mereka menyadarkan saya bahwa menderita penyakit ini bukan berarti menyerah dan kalah. Mereka bahkan terlihat lebih “hidup” dan bersemangat dibanding manusia sehat lainnya. Berapa banyak dari kita yang menyerah pada kegagalan? Berapa banyak dari kita yang lupa bersyukur atas nikmat sehat yang diberi?

Dibalik ketidakberuntungan mereka, terlihat seberkas cahaya harapan yang mengajarkan kita bagaimana seharusnya menyikapi kehidupan. Semangat itulah yang membuat saya menjuluki mereka “the fortunate few” (beberapa yang beruntung), karena mereka telah menemukan apa yang kebanyakan orang cari seumur hidupnya, Keberanian dan Semangat Positif dalam menyikapi kehidupan.

Anak-anak di “Rumah Kita” adalah salah satu inspirasi nyata untuk tidak menyerah dan kalah dalam pertarungan hidup yang terkadang sulit dan keras. Jika mereka bisa terus berjuang, kenapa kita tidak?



teks dan photo: Putra Sophan Pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar